Newsroom

A Voice for Our Union

Cara Awak Kapal Perikanan Migran Beribadah di Perairan Internasional

sppi
Bagi awak kapal perikanan migran, melaksanakan ibadah selama bertugas di perairan internasional bisa menjadi tantangan tersendiri. Kondisi kerja yang panjang, ruang terbatas, dan lokasi yang jauh dari tempat ibadah tidak mengurangi semangat mereka untuk menjalankan kewajiban spiritual. Melaksanakan ibadah selama bertugas di perairan internasional memerlukan adaptasi, kreativitas, dan semangat. Dengan memanfaatkan teknologi, ruang yang tersedia, serta dukungan dari rekan kerja, awak kapal perikanan migran tetap bisa menjalankan kewajiban spiritual mereka. Hal ini tidak hanya menjaga kedekatan dengan Tuhan, tetapi juga memberikan ketenangan batin di tengah tantangan pekerjaan yang berat.

Cara Awak Kapal Perikanan Migran Beribadah di Perairan Internasional

Bagi awak kapal perikanan migran, melaksanakan ibadah selama bertugas di perairan internasional bisa menjadi tantangan tersendiri. Kondisi kerja yang panjang, ruang terbatas, dan lokasi yang jauh dari tempat ibadah tidak mengurangi semangat mereka untuk menjalankan kewajiban spiritual. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan oleh awak kapal perikanan untuk beribadah di tengah lautan:

1. Menentukan Waktu Ibadah

Di perairan internasional, waktu ibadah dapat disesuaikan dengan jadwal kerja dan zona waktu kapal. Awak kapal biasanya menggunakan perangkat digital seperti ponsel atau jam tangan untuk mengetahui waktu shalat atau ibadah lainnya. Dalam Islam, jika tidak memungkinkan mengetahui arah kiblat secara pasti, awak kapal dapat menggunakan perkiraan terbaik sesuai kondisi.

2. Menciptakan Ruang Ibadah Sederhana

Meskipun ruang di kapal sering kali terbatas, awak kapal dapat menciptakan area ibadah sederhana. Ruang ibadah, seharunya di dalam ruangan. Menghindari kecelakaan jika di beribadah di kabin kemudian terkena hempasan ombak. Awak kapal perikanan dapat memanfaatkan sudut-sudut kosong di dek atau kabin untuk melaksanakan shalat, doa, atau meditasi. Sebuah sajadah kecil, tikar, atau alas bersih bisa digunakan untuk kenyamanan.

3. Ibadah Berjamaah

Jika ada lebih dari satu awak kapal dengan keyakinan yang sama, mereka dapat melakukan ibadah secara berjamaah. Selain memperkuat spiritualitas, ibadah berjamaah juga dapat meningkatkan solidaritas di antara sesama pekerja di kapal.

4. Membawa Perlengkapan Ibadah Pribadi

Untuk memastikan kelancaran ibadah, awak kapal biasanya membawa perlengkapan ibadah pribadi seperti sajadah, Al-Qur'an kecil, rosario, atau kitab suci lainnya.

5. Mengatur Niat dan Adaptasi

Dalam situasi di mana ibadah tidak dapat dilakukan secara normal, awak kapal dapat menggantinya dengan niat dan doa. Sebagai contoh, dalam Islam, shalat yang tertunda dapat digabungkan atau diqadha sesuai syariat. Dalam agama lain, meditasi atau doa singkat juga dapat menjadi alternatif untuk menjaga hubungan spiritual.

6. Komunikasi dengan Kapten dan Kru

Jika memungkinkan, awak kapal dapat berdiskusi dengan kapten atau kru lain mengenai waktu istirahat yang dapat dimanfaatkan untuk beribadah. Dengan komunikasi yang baik, kebutuhan spiritual awak kapal bisa dihormati tanpa mengganggu tugas mereka.

7. Mendukung Keragaman Agama

Sebagian besar kapal memiliki kru dari berbagai latar belakang agama. Penting untuk saling menghormati dan mendukung satu sama lain. Membiarkan teman kerja melaksanakan ibadahnya adalah bentuk solidaritas yang dapat mempererat hubungan antar kru.

8. Menggunakan Waktu Istirahat dengan Bijak

Waktu istirahat yang terbatas bisa dimanfaatkan untuk beribadah, selain beristirahat secara fisik. Hal ini membutuhkan kedisiplinan dan manajemen waktu yang baik agar awak kapal tetap bisa menjaga keseimbangan antara tugas, istirahat, dan spiritualitas.

Melaksanakan ibadah selama bertugas di perairan internasional memerlukan adaptasi, kreativitas, dan semangat. Dengan memanfaatkan teknologi, ruang yang tersedia, serta dukungan dari rekan kerja, awak kapal perikanan migran tetap bisa menjalankan kewajiban spiritual mereka. Hal ini tidak hanya menjaga kedekatan dengan Tuhan, tetapi juga memberikan ketenangan batin di tengah tantangan pekerjaan yang berat.